CARA BURNING DVD/CD

Banyak software yang ada untuk mem-burning DVD atau CD, seperti NERO ( salah satu software BURNING yang terkenal ). Namun saya cenderung memilih DEEPBURNER untuk mem-burn DVD.
Kenapa harus DEEPBURNER ?
Karena DEEPBURNER adalah software BURNING yang mudah digunakan untuk pemula. Hanya dengan beberapa klik saja kita sudah bisa melakukan BURNING DVD atau CD.

p1

Tukang ojek

Saat itu Gue jalan Sama ibu gue Ke mall, lalu setelah jalan jalan di mall gue mau pulang sama ibu gue.
karena lama menunggu bapa gue jemput akhirnya gue dan ibu gue memutuskan pulang naik ojek.
Kami lalu mencari pangkalan ojek terdekat. " om anterin kami di belakang sekolah ya" kata ibu gue.
kami pulang masing masing ibu gue sama ojek yang satu dan gue sama ojek yang lain. setelah jalan tuh tukang ojek sok kenal ngajak ngobrol di sepanjang perjalanan. tapi karena gua ngga kenal gue jawab pendek pendek aja. sampai di depan gang gue di turunin. tapi ibu gue udah masuk di dalam. dia minta ongkos 10 ribu dgn terpaksa gue kasih dah. saat di rumah gue tanya sama ibu gue berapa ongkosnya. dan ternyata dia cuma bayar 5rb( krn memang rumah gue ngga terlalu jauh sama mall tadi) gue kaget. loh kok gue bayar 10 rb, sdangkan ibu gue hanya 5rb. yahhhhh.... sialan gue di marahin gara gara terlalu goblok sama tuh tukang ojek. ini mungkin penyebab gara gara gue ngga ngobrol ama dia. yah mendingan naik elang... hhaaa. lupakan lah masa itu, mungkin itu merupakan pelajaran untuk elo elo supaya jangan mudah di goblokin.

p1

Persahabatan

karya: Loeis Chandra
Bagiku arti persahabatan adalah teman bermain dan bergembira. Aku juga sering berdebat saat berbeda pendapat. Anehnya, semakin besar perbedaan itu, aku semakin suka. Aku belajar banyak hal. Tapi ada suatu kisah yang membuat aku berpendapat berbeda tentang arti persahabatan. Saat itu, papa mamaku berlibur ke Bali dan aku sendirian menjaga rumah...

p1

Diponegoro

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

p1

Soekarno Biografi

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..

p1

Canberra Capital of the Beautiful


Turns relating hill scenery, cool weather in summer. University top number 1 in Australia. Hospitals with good facilities.Places where children play for free, Driving a car with ease. What is clear is perfect for young families, couples who have small children.Then again that winter for rheumatic pain will feel the air galaknya this, despite the chill of the city of Canberra is still not as bad as the city in Tasmania or New Zealand.
Canberra's urban residents on average are employees of State, high officials in Australia are super well-established and secure life. Diplomats from around the world. New buildings and historic make this city a foreign tourist sights.




One of them is the War Memorium. What is interesting for me, especially in terms of entertainment for children, before entering the arena of the museum we were greeted by a beautiful woman who dressed up and dressed in the style of the ancient nurse (the era of world war).

He explained that there be a special interactive for the children of the soldiers on the battlefield. We could feel / hold the belongings of the soldiers. Elements of education very important role in presenting this package.




After we entered the area where nurses are demonstrating the equipment brought soldiers, children may be seated below. The history of clothing worn in the winter soldier started this conversation. Food items for combat on the front lines also displayed there. In fact, what brought toy soldiers is also explained there.


Canberra city is very quiet compared to the major Australian cities Sydney, Melbourne, Perth, Brisbane and so on. At 6 pm the streets are rare cars. The residents were back home to enjoy the domestic life of each. In the summer flowers colorful blooming everywhere.

The atmosphere of a quiet household and quiet impressed. Architect building a house adapted to the weather including cold. Verandah back of the house usually serves to relax in summer or in winter. If summer residence installed a large umbrella. If winter warehouse umbrella included. For Australia, Canberra and Tasmania is the State that the cold valve.






Usually every school vacation or other long holidays the residents of Canberra will leave the city towards the nearest big city is Sydney to enjoy the crowd.

Parliament House where the Prime Minister / head of Australian Governments meeting and establish a siding-trial state becomes interesting sights. The building stands on a magnificent hilltop town proudly monitor. Level of this building we can enjoy beautiful views of the city of Canberra.

If still not satisfied looking at the city of Canberra you can also go up to the Telstra Tower which can monitor the views of the city of Canberra.

Interactive play area for children is very cheap. Beautiful parks scattered. Roads for cyclists are made as wide as possible with the hopes of many employees to leave his car to replace it with cycling.


In the morning many employe morning walk or ride a bicycle, carrying clothes to the office. Institute of Sport which is also famous for being here so very encouraged sports in this town.

For the city center is not too crowded. The main streets are very clean. Discipline of the vehicle user is pretty good.

Natural environment is harmonious and beautiful. All living things shall enjoy the nature





Science museum offers different kinds of interactive education. Toddlers to the elderly provided by a variety of science shows.




Australian National University adalah universitas nomor satu di Australia. To enter college or filter in there pretty tight. The cost of living in the university is approximately Aus $ 300 dollars per week for lodging and meals three times / day. Provided canteen and eat together.

Of course expenses to cover the university as a student of Foreign Affairs will be more than the students in the country.

The flags of different countries fluttering quietly didomisili decorate the city of Canberra which almost all representatives of countries in the world.






This is Canberra which has lots of roundabouts. Every few minutes surely will find a roundabout / Roundabout which may serve to replace the red light intersection. Electrical energy also reduces pollution. Art in every suburb (village) many-roundabout is a roundabout, making it very difficult to find a home that will we seek.

p1

Peradilan Rakyat

Cerpen Putu Wijaya

Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.

"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini."

Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.

"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?"
Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."
Pengacara muda itu tersenyum.
"Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."

"Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."

Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih terasa.

"Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri."

Pengacara tua itu meringis.
"Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. Berarti kita bisa bicara sungguh-sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan."
"Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"
Pengacara tua itu tertawa.
"Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!" potong pengacara tua.
Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada kekeliruannya lalu minta maaf.

"Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang hendak kamu katakan," sambung pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu, "jangan membatasi dirimu sendiri. Jangan membunuh diri dengan diskripsi-diskripsi yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini."

Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang.

"Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog."
"Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya."

"Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka. Tetapi aku tolak mentah-mentah. Kenapa? Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani.

Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin danbeku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang.

Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini."

Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu menyimak. Kemudian ia melanjutkan.

"Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat supaya aku bersedia untuk membelanya."

"Lalu kamu terima?" potong pengacara tua itu tiba-tiba.
Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.
"Bagaimana Anda tahu?"

Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh. Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian ia berkata: "Sebab aku kenal siapa kamu."

Pengacara muda sekarang menarik napas panjang.
"Ya aku menerimanya, sebab aku seorang profesional. Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya."

Pengacara tua mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?"
"Antara lain."
"Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku."
Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang tua itu.
"Jadi langkahku sudah benar?"
Orang tua itu kembali mengelus janggutnya.

"Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik. Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik-praktik pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena ketakutan, bukan?"
"Tidak! Sama sekali tidak!"
"Bukan juga karena uang?!"
"Bukan!"
"Lalu karena apa?"
Pengacara muda itu tersenyum.
"Karena aku akan membelanya."
"Supaya dia menang?"

"Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya sebagai klienku."
Pengacara tua termenung.
"Apa jawabanku salah?"
Orang tua itu menggeleng.

"Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai pemenang."

"Jangan meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan."

"Tapi kamu akan menang."
"Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang."

"Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu besar untuk kalah saat ini."

Pengacara muda itu tertawa kecil.
"Itu pujian atau peringatan?"
"Pujian."
"Asal Anda jujur saja."
"Aku jujur."
"Betul?"
"Betul!"

Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Yang tua memicingkan matanya dan mulai menembak lagi.
"Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan?"

"Bukan! Kenapa mesti takut?!"
"Mereka tidak mengancam kamu?"
"Mengacam bagaimana?"
"Jumlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya juga adalah sebuah ancaman. Dia tidak memberikan angka-angka?"

"Tidak."
Pengacara tua itu terkejut.
"Sama sekali tak dibicarakan berapa mereka akan membayarmu?"
"Tidak."
"Wah! Itu tidak profesional!"
Pengacara muda itu tertawa.
"Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang!"
"Tapi bagaimana kalau dia sampai menang?"
Pengacara muda itu terdiam.
"Bagaimana kalau dia sampai menang?"
"Negara akan mendapat pelajaran penting. Jangan main-main dengan kejahatan!"
"Jadi kamu akan memenangkan perkara itu?"
Pengacara muda itu tak menjawab.
"Berarti ya!"
"Ya. Aku akan memenangkannya dan aku akan menang!"

Orang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya bersandar. Kedua tangannya mengurut dada. Ketika yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat tangannya.

"Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu melakukan itu bukan karena takut, bukan karena kamu disogok."
"Betul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. Aku tidak takut."

"Dan kamu menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negaramu, bukan?"

"Betul."
"Kalau begitu, pulanglah anak muda. Tak perlu kamu bimbang.

Keputusanmu sudah tepat. Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang profesional."

Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi pengacara tua tidak memberikan kesempatan.
"Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia."

Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan.

"Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu sebagai seorang profesional."
"Tapi..."

Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam."

Entah karena luluh oleh senyum di bibir wanita yang memiliki mata yang sangat indah itu, pengacara muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali lagi orang tua itu dengan segala hormat dan cintanya. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita itu, agar suaranya jangan sampai membangunkan orang tua itu dan berbisik.

"Katakan kepada ayahanda, bahwa bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara. Dan semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang lalai."

Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.

Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.

"Setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku berbicara sebagai profesional, anakku," rintihnya dengan amat sedih, "Aku terus membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra. Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja seorang profesional, tetapi juga seorang putra dari ayahmu. Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan sebuah perkara, di mana seorang penjahat besar yang terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini?" ***

Cirendeu 1-3-03

p1

Andrea Hirata biografi

Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di pulau Belitung 24 Oktober 1982, Andrea Hirata sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keperihatinan.

Nama Andrea Hirata sebenarnya bukanlah nama pemberian dari kedua orang tuanya. Sejak lahir ia diberi nama Aqil Barraq Badruddin. Merasa tak cocok dengan nama tersebut, Andrea pun menggantinya dengan Wadhud. Akan tetapi, ia masih merasa terbebani dengan nama itu. Alhasil, ia kembali mengganti namanya dengan Andrea Hirata Seman Said Harun sejak ia remaja.

“Andrea diambil dari nama seorang wanita yang nekat bunuh diri bila penyanyi pujaannya, yakni Elvis Presley tidak membalas suratnya,” ungkap Andrea.
Sedangkan Hirata sendiri diambil dari nama kampung dan bukanlah nama orang Jepang seperti anggapan orang sebelumnya. Sejak remaja itulah, pria asli Belitong ini mulai menyandang nama Andrea Hirata. Andrea tumbuh seperti halnya anak-anak kampung lainnya. Dengan segala keterbatasan, Andrea tetap menjadi anak periang yang sesekali berubah menjadi pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Selain itu, ia juga kerap memiliki impian dan mimpi-mimpi di masa depannya.

Seperti yang diceritakannya dalam novel Laskar Pelangi, Andrea kecil bersekolah di sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan hampir rubuh. Sekolah yang bernama SD Muhamadiyah tersebut diakui Andrea cukuplah memperihatinkan. Namun karena ketiadaan biaya, ia terpaksa bersekolah di sekolah yang bentuknya lebih mirip sebagai kandang hewan ternak. Kendati harus menimba ilmu di bangunan yang tak nyaman, Andrea tetap memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar. Di sekolah itu pulalah, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki dengan sebutan Laskar Pelangi.

Di SD Muhamadiyah pula, Andrea bertemu dengan seorang guru yang hingga kini sangat dihormatinya, yakni NA (Nyi Ayu) Muslimah.
“Saya menulis buku Laskar Pelangi untuk Bu Muslimah,” ujar Andrea dengan tegas kepada Realita.
Kegigihan Bu Muslimah untuk mengajar siswa yang hanya berjumlah tak lebih dari 11 orang itu ternyata sangat berarti besar bagi kehidupan Andrea. Perubahan dalam kehidupan Andrea, diakuinya tak lain karena motivasi dan hasil didikan Bu Muslimah. Sebenarnya di Pulau Belitong ada sekolah lain yang dikelola oleh PN Timah. Namun, Andrea tak berhak untuk bersekolah di sekolah tersebut karena status ayahnya yang masih menyandang pegawai rendahan. “Novel yang saya tulis merupakan memoar tentang masa kecil saya, yang membentuk saya hingga menjadi seperti sekarang,” tutur Andrea yang memberikan royalti novelnya kepada perpustakaan sebuah sekolah miskin ini.

Tentang sosok Muslimah, Andrea menganggapnya sebagai seorang yang sangat menginspirasi hidupnya. “
Perjuangan kami untuk mempertahankan sekolah yang hampir rubuh sangat berkesan dalam perjalanan hidup saya,” ujar Andrea.
Berkat Bu Muslimah, Andrea mendapatkan dorongan yang membuatnya mampu menempuh jarak 30 km dari rumah ke sekolah untuk menimba ilmu. Tak heran, ia sangat mengagumi sosok Bu Muslimah sebagai salah satu inspirator dalam hidupnya. Menjadi seorang penulis pun diakui Andrea karena sosok Bu Muslimah. Sejak kelas 3 SD, Andrea telah membulatkan niat untuk menjadi penulis yang menggambarkan perjuangan Bu Muslimah sebagai seorang guru. “Kalau saya besar nanti, saya akan menulis tentang Bu Muslimah,” ungkap penggemar penyanyi Anggun ini. Sejak saat itu, Andrea tak pernah berhenti mencoret-coret kertas untuk belajar menulis cerita.


Andrea Hirata, Biografi, novelis, penulis
Setelah menyelesaikan pendidikan di kampung halamannya, Andrea lantas memberanikan diri untuk merantau ke Jakarta selepas lulus SMA. Kala itu, keinginannya untuk menggapai cita-cita sebagai seorang penulis dan melanjutkan ke bangku kuliah menjadi dorongan terbesar untuk hijrah ke Jakarta. Saat berada di kapal laut, Andrea mendapatkan saran dari sang nahkoda untuk tinggal di daerah Ciputat karena masih belum ramai ketimbang di pusat kota Jakarta. Dengan berbekal saran tersebut, ia pun menumpang sebuah bus agar sampai di daerah Ciputat. Namun, supir bus ternyata malah mengantarkan dirinya ke Bogor. Kepalang tanggung, Andrea lantas memulai kehidupan barunya di kota hujan tersebut.

Beruntung bagi dirinya, Andrea mampu memperoleh pekerjaan sebagai penyortir surat di kantor pos Bogor. Atas dasar usaha kerasnya, Andrea berhasil melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Merasakan bangku kuliah merupakan salah satu cita-citanya sejak ia berangkat dari Belitong. Setelah menamatkan dan memperoleh gelar sarjana, Andrea juga mampu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 Economic Theory di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, Inggris.

Berkat otaknya yang cemerlang, Andrea lulus dengan status cum laude dan mampu meraih gelar Master Uni Eropa. Sekembalinya ke tanah air, Andrea bekerja di PT Telkom tepatnya sejak tahun 1997. Mulailah ia bekerja sebagai seorang karyawan Telkom. Kini, Andrea masih aktif sebagai seorang instruktur di perusahaan telekomunikasi tersebut. Selama bekerja, niatnya menjadi seorang penulis masih terpendam dalam hatinya. Niat untuk menulis semakin menggelora setelah ia menjadi seorang relawan di Aceh untuk para korban tsunami. “Waktu itu saya melihat kehancuran akibat tsunami, termasuk kehancuran sekolah-sekolah di Aceh,” kenang pria yang tak memiliki latarbelakang sastra ini.

Kondisi sekolah-sekolah yang telah hancur lebur lantas mengingatkannya terhadap masa lalu SD Muhamadiyah yang juga hampir rubuh meski bukan karena bencana alam. Ingatan terhadap sosok Bu Muslimah pun kembali membayangi pikirannya. Sekembalinya dari Aceh, Andrea pun memantapkan diri untuk menulis tentang pengalaman masa lalunya di SD Muhamadiyah dan sosok Bu Muslimah. “Saya mengerjakannya hanya selama tiga minggu,” aku pria yang berulang tahun pada 24 Oktober ini.

Naskah setebal 700 halaman itu lantas digandakan menjadi 11 buah. Satu kopi naskah tersebut dikirimkan kepada Bu Muslimah yang kala itu tengah sakit. Sedangkan sisanya dikirimkan kepada sahabat-sahabatnya dalam Laskar Pelangi. Tak sengaja, naskah yang berada dalam laptop Andrea dibaca oleh salah satu rekannya yang kemudian mengirimkan ke penerbit.

Bak gayung bersambut, penerbit pun tertarik untuk menerbitkan dan menjualnya ke pasar. Tepatnya pada Desember 2005, buku Laskar Pelangi diluncurkan ke pasar secara resmi. Dalam waktu singkat, Laskar Pelangi menjadi bahan pembicaraan para penggemar karya sastra khususnya novel. Dalam waktu seminggu, novel perdana Andrea tersebut sudah mampu dicetak ulang. Bahkan dalam kurun waktu setahun setelah peluncuran, Laskar Pelangi mampu terjual sebanyak 200 ribu sehingga termasuk dalam best seller. Hingga saat ini, Laskar Pelangi mampu terjual lebih dari satu juta eksemplar.

Penjualan Laskar Pelangi semakin merangkak naik setelah Andrea muncul dalam salah satu acara televisi. Bahkan penjualannya mencapai 20 ribu dalam sehari. Sungguh merupakan suatu prestasi tersendiri bagi Andrea, terlebih lagi ia masih tergolong baru sebagai seorang penulis novel. Padahal Andrea sendiri mengaku sangatlah jarang membaca novel sebelum menulis Laskar Pelangi. Sukses dengan Laskar Pelangi, Andrea kemudian kembali meluncurkan buku kedua, Sang Pemimpi yang terbit pada Juli 2006 dan dilanjutkan dengan buku ketiganya, Edensor pada Agustus 2007. Selain meraih kesuksesan dalam tingkat penjualan, Andrea juga meraih penghargaan sastra Khatulistiwa Literary Award (KLA) pada tahun 2007.

Andrea Hirata, Biografi, novelis, penulis
Lebaran di Belitong. Kini, Andrea sangat disibukkan dengan kegiatannya menulis dan menjadi pembicara dalam berbagai acara yang menyangkut dunia sastra. Penghasilannya pun sudah termasuk paling tinggi sebagai seorang penulis. Namun demikian, beberapa pihak sempat meragukan isi dari novel Laskar Pelangi yang dianggap terlalu berlebihan. “Ini kan novel, jadi wajar seandainya ada cerita yang sedikit digubah,” ungkap Andrea yang memiliki impian tinggal di Kye Gompa, desa tertinggi di dunia yang terletak di pegunungan Himalaya. Kesuksesannya sebagai seorang penulis tentunya membuat Andrea bangga dan bahagia atas hasil kerja kerasnya selama ini.

Meski disibukkan dengan kegiatannya yang cukup menyita waktu, Andrea masih tetap mampu meluangkan waktu untuk mudik di saat Lebaran lalu. Bahkan bagi Andrea, mudik ke Belitong di saat Lebaran adalah wajib hukumnya. “Orang tua saya sudah sepuh, jadi setiap Lebaran saya harus pulang,” ujar Andrea dengan tegas. Di Belitong, Andrea melakukan rutinitas bersilaturahmi dengan orang tua dan kerabat lainnya sembari memakan kue rimpak, kue khas Melayu yang selalu hadir pada saat Lebaran. Kendati perjalanan ke Belitong tidaklah mudah, karena pilihan transportasi yang terbatas, Andrea tetap saja harus mudik setiap Lebaran tiba. Terlebih lagi, bila ia tak kebagian tiket pesawat ke Bandara Tanjung Pandan, Pulau Belitong, maka mau tak mau Andrea harus menempuh 18 jam perjalanan dengan menggunakan kapal laut.

Perasaan bangga dan bahagia semakin dirasakan Andrea tatkala Laskar Pelangi diangkat menjadi film layar lebar oleh Mira Lesmana dan Riri Riza. “Saya percaya dengan kemampuan mereka,” ujarnya tegas. Apalagi, film Laskar Pelangi juga sempat ditonton oleh orang nomor satu di negeri ini, Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu. “
Kini Laskar Pelangi memiliki artikulasi yang lebih luas daripada sebuah buku. Nilai-nilai dalam Laskar Pelangi menjadi lebih luas,” tutur Andrea
Menjadi seorang penulis novel terkenal mungkin tak pernah ada dalam pikiran Andrea Hirata sejak masih kanak-kanak. Berjuang untuk meraih pendidikan tinggi saja, dirasa sulit kala itu. Namun, seiring dengan perjuangan dan kerja keras tanpa henti, Andrea mampu meraih sukses sebagai penulis memoar kisah masa kecilnya yang penuh dengan keperihatinan.

Referensi :

- http://fajar-aryanto.blogspot.com/2010/02/andrea-hirata-penulis-novel-laskar.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Andrea_Hirata

p1

Here (In This Place)

Hier in deze plaats ...
Twee smaken bloesem groeit ...
De twee houden van elkaar houden ...
Om te wandelen op aarde ...

p1

History of tarakan

History
Tarakan according to folklore comes from Tidung "Tarak" (met) and "Ngakan" (eat) which literally means "Place of the fishermen to take a break to eat, meet and make exchanges with other fishermen catch. In addition Tarakan is also a meeting place Kayan River estuary flows, Sesayap and Malinau. [1]Oil drilling by Bataafsche Petroleum Maatschappij on the island of Tarakan (years 1920-1940)Soldiers of the battalion convoy carrying ke-2/48 watch them to TarakanTarakan Air Field 2 weeks after occupied. Look deep perforation.-Australia Joint patrol in a remote part of the Dutch East Indies TarakanBeaches where Allied forces landed at Tarakan on 1 May 1945 [2]Brigadier D.A. Whitehead (Commander birade 26, pipe tobacco) with Lieutenant General Leslie Morshead[Edit] Age of Empire Tidung
Tidung kingdom [3] or also known by the name of the Kingdom of Tarakan (Kalkan / Kalka) is the kingdom who ruled Tidung Tribe in northern East Kalimantan, which is located on the island of Tarakan and ends at Salimbatu. Previously there were two kingdoms in this region, in addition to the Kingdom Tidung, there are Bulungan Sultanate, located in Tanjung Palas. Based on the genealogy (Genealogy), which is that dipesisir east of Tarakan Island in the hamlet Binalatung existing Tidung Ancient Empire (The Ancient Kingdom of Tidung), roughly the years 1076-1156, then moved to the southern coast of the island of Tarakan in the Tanjung Batu in the years 1156-1216, then moved again to the west of the Field River area approximately in the years 1216-1394, after which it moved again, which is relatively far from the island of Tarakan to Pimping the western region and the Yellow Land area, circa 1394 -1557.
From the narrations contained among Tidung of the kingdom has ever seen and arguably the oldest in the history of others is at the River Menjelutung Sesayap with the last king named Benayuk. The end of the Empire era Menjelutung because overwritten noisy havoc in the form of rain and a very powerful hurricane that resulted in settlements in situ collapse and sink into the water (river) follows its citizens. These events are called Gasab Tidung among the later rise to various myths about Benayuk of Menjelutung.
Obtained from several sources about the history of the reign of Benayuk that lasted about 35 seasons. The calculation is based on the season a matter of days the moon (full moon) that in one season there were 12 full moon. From that then count the season more or less comparable with the year of the Hijra. When coupled with a history of several prominent leaders (King) that can be known long reign and its links with Benayuk, then estimated at Menjelutung tragedy occurred at the beginning of the eleventh century the surrounding areas. Interest groups in the time of the Kingdom Menjelutung Tidung as what is not yet present there, as it is known that among the tribe Tidung in East Kalimantan, now there are 4 (four) Tidung dialect groups, namely:

    
Dialect discussed Tidung Malinau
    
Sembakung Tidung dialect.
    
Dialect discussed Tidung Sesayap.
    
Dialect commonly discussed Tidung Tarakan also called Tidung Landmark mostly live in saltwater areas.
Of the several dialects of language Tidung a community group following a socio-cultural environment of each, then surely the groups have referred to their respective leaders. As was reported later that after the kingdom collapsed Menjelutung Benayuk in the offspring of survivors and their citizens to move and spread later to build new settlements. One of the descendants Benayuk Kayam named as leader of the settlement in Linuang Kayam (Village of the Kayam) which is the forerunner of leaders (kings) in Barren Island, Sembakung and Lumbis.
Here are the kings who once headed the Kingdom Tidung:

    
Benayuk of river Sesayap, Menjelutung (The Government of ± 35 Season)
    
Yamus (Si Amus) (The Government of ± 44 Season)
    
Ibugang (Aki Bugang)
    
Itara (Approximately 29 seasons)
    
Ikurung (Approximately 25 seasons)
    
Ikarang (Approximately 35 seasons), in Tanjung Batu (Tarakan).
    
Authorship (Approximately Season)
    
Ibidang (Approximately Season)
    
Bengawan (Approximately 44 seasons)
    
Itambu (Approximately 20 seasons)
    
Aji Beruwing Sakti (Approximately 30 seasons)
    
Aji Surya Shakti (Approximately 30 seasons)
    
Aji Pengiran Kungun (Approximately 25 seasons)
    
Pengiran Tempuad (Approximately 34 seasons)
    
Aji IRAM Sakti (Approximately 25 seasons) in Pimping, Bulungan
    
Aji Baran Sakti (Approximately 20 seasons).
    
Datoe Mancang (Approximately 49 seasons)
    
Abang Lemanak (Approximately 20 seasons), the westerlies, Bulungan
    
Ikenawai title Queen Sari Ulam (Approximately 15 seasons)
[Edit] Dynasty Era Landmark
Landmark dynasty that everything starts in the year 1557-1916 AD, the dynasty was first led by Amiril Rasyd degree Datoe Radja Laoet in 1557 AD and ended at the time led by Datoe Fair in 1916, Dynasty is located in the region Pamusian Landmark, Central Tarakan
Here are the kings that ever came to power in Dynasty Landmark:

    
Amiril Rasyd degree Datoe Laoet Radja (1557-1571)
    
Amiril Pengiran Dipati I (1571-1613)
    
Amiril Pengiran Laoet Lion (1613-1650)
    
Amiril Pengiran Maharajalila I (1650-1695)
    
Amiril Pengiran Maharajalila II (1695-1731)
    
Amiril Pengiran Dipati II (1731-1765)
    
Amiril Pengiran Maharajadinda (1765-1782)
    
Amiril Pengiran Maharajalila III (1782-1817)
    
Amiril Tadjoeddin (1817-1844)
    
Amiril Pengiran Djamaloel Kiram (1844-1867)
    
Diamond Ratoe Doera / Datoe Maoelana (1867-1896), his net Datoe Datoe Maoelana was the son of Sultan Muhammad Bulungan Kaharuddin (II)
    
Datoe Fair (1896-1916)
[Edit] The era of the Dutch East Indies
Somewhat disturbed the peace of the local community when in 1896, a Dutch oil company, BPM (Bataavishe Petroleum Maatchapij) discovered the existence of oil resources in the island. Much labor was imported mainly from the island of Java with the increase in drilling activity. Given the function and development of this region, in 1923 the Dutch East Indies government felt the need to place a Resident Assistant on the island is in charge of 5 (five) areas, namely: Cape Selor, Tarakan, Malinau, Apau Kayan and Berau. But in the post independence, the Government of Indonesia felt the need to change the status kewedanan Tarakan Tarakan be in accordance with Keppress District No. RI. 22 of 1963.[Edit] Era of Japanese Occupation
At the time of the Allied landings, the Japanese forces at Tarakan numbered 2,200 people who were brought from the Imperial Japanese Army and Imperial Japanese Navy. The biggest unit is the Independent Infantry Battalion 455 to 740 person-strong lead by Major Tadai Tokoi. AD 150 support troops are also in Tarakan. Donations to the garrison Tarakan AL is composed of 980 sailors commanded by Commander Kaoru Kaharu. The main marine unit is Navy Marine garrison to a magnitude-2 600 people. This marine unit trained to fight as infantry and operates several coastal defense guns. 350 oil workers are also expected to fight the Japanese civilians during attacks on Allies. Forces Japan including about 50 people in Indonesia who served in the central guard unit. Major Tokoi Tarakan directs the overall defense, although the relationship between AL and AD worse. [4]
Force Japan centered around Lingkas, the main port of Tarakan and where the only beach suitable for landing troops. [5] The defense had spent several months before the attacks that make up a defensive position and planting mines. [6] Defense set it a lot used during the battle, the Japanese tactics that focused on the defensive a strong pre-preparation. Japan did not do any major counter-attack, and most of the attacking movement is limited to a few parties attackers who tried to infiltrate Australian lines. [7]
Getting the Tarakan oilfield is the original purpose of the Japanese during the Pacific War. Japanese attack on Tarakan on January 11, 1942 and defeated the small Dutch garrison in a battle that lasted for two days in which half of the Dutch troops fall. When the Tarakan oilfield successfully sabotaged by the Netherlands before his surrender, the Japanese could quickly fix it in order to produce more and 350,000 barrels are produced each month from the beginning of 1944. [8]
Following submission of the Netherlands, 5,000 residents Tarakan was suffering due to the policy of the Japanese occupation. The number of Japanese troops stationed on the island resulted in the circumcision of food and as a result many people are malnourished Tarakan. During the occupation, the Japanese brought around 600 workers to Tarakan from Java. Japan also forced about 300 women to work as a Java "Comfort women" (female entertainer) in New York City after persuading them with false promises to get work as a clerk and making clothing. [9]
Tarakan importance for Japan to move forward more quickly evaporate Allied forces into the area. Japanese oil tanker last one left Tarakan in July 1944, and the great Allied air attacks in the years that destroyed oil production and storage facilities on the island. [10] This attack also killed several hundred civilians Indonesia. [11] In line by diminishing its importance, the Japanese garrison on Tarakan was reduced in early 1945 when one of two infantry battalion stationed in the island (Independent Infantry Battalion to-454) is pulled to Balikpapan. This battalion was destroyed by the 7th Australian Division in July during the Battle of Balikpapan. [12][Edit] Era of Independence
Strategic location and position have been able to make Tarakan district as one of the centers of industry in the northern part of East Kalimantan region so that the government needs to improve the status of a City Administrative accordance with Government Regulation no. 47 of 1981.
City status was upgraded to Municipal Administrative again based on Law No. RI. 29 In 1997 the inaugural done directly by the Secretary of State on December 15, 1997, also marking the anniversary date as the City of Tarakan.


images: book " tarakan pearl harbour indonesia"

p1

Paris, ville de un million de couleurs

PARIS, VILLE DE UN MILLLION DE COULEURS 
Si vous voulez remplir un long week-end avec la famille et avoir assez d'argent, il n'est jamais mauvais d'essayer d'obtenir à travers l'Europe. Profiter de la fin de l'année avec un temps froid et neigeux va présenter une souvenirs de vacances différentes.
Champ Elysées est une rue de la Ville de Paris est dit être la plus belle rue du monde. En ce qui concerne l'Indonésie quotidien qui avait entouré la ville avait aussi stupéfait par la beauté de la ville qui sont différents de villes dans plusieurs autres pays européens.
Pendant la journée, cette route était belle parce que le côté gauche et à droite de la route bordée de bâtiments d'architecture début du 19e siècle l'architecture et des bâtiments modernes. Le bâtiment a été un lieu de bureaux, commerces, appartements et hôtels, ainsi que des cafés et des restaurants.
Une boutique qui offre des besoins secondaires par l'artiste français Louis Vuitton (LV) se ferme sur le côté droit de la route et ajoute à l'attrait des touristes. Pas un peu de touristes marcher dans les Champs Elysees pause pour regarder les boutiques de luxe de cela.
Non moins intéressants que les boutiques LV, des dizaines d'étals dans la rue piétonne bordée de trottoirs le long du Champ Elysée. Des dizaines de mini-kiosque est toujours là en Décembre jusqu'à Noël. Presque tous les étals sont remplis de cet acheteur vend des marchandises pour Noël.
Lors de l'entrée Décembre, des dizaines tenait dans les kiosques vendant du corridor piétonnier miniatures kiosques spéciaux Natal.Keberadaan besoins aurait une tradition annuelle à Paris, spécialement réalisés par les gouvernements locaux.
La beauté le long de cette route plus visibles la nuit. Différentes lumières décoratives monté sur l'arbre de la rue piétonne ressemble à une fontaine de chute. Évidemment, ces lumières décoratives à être l'objet de prendre des photos de touristes locaux et étrangers. Sur la route de cette belle, Paris était en feu avec un charme vinaigrette légère.


Monument Arc de Triomphe Etoile est situé juste en bas de la route des Champs Elysées avec le jeu de fond géante Ferris est devenu l'objet de voyageurs touristiques à Paris. Ferris n'a pas non plus épargnée par le scintillement des lumières, la rendant plus belle quand vus la nuit.
Visites dans cette capitale de la mode n'a pas été ressenti incomplète si elle n'est pas voir et toucher la Tour Eiffel. La tour a été construite en 1889 est tiré du nom du créateur en retard, Alexandre Eiffel Gustafe. Tour de 324 mètres de haut comporte trois niveaux qui peuvent être visités par les touristes.
Les premier et deuxième niveau est occupé par un restaurant très chic. Pour manger à la Tour Eiffel avec vue sur la ville de Paris, les touristes sont facturés € 4,80 pour un repas sur le 1er étage et 7,80 euros si vous le souhaitez sur le sol 2. En attendant, pour se rendre au troisième étage, qui est le sommet de la tour, les touristes sont facturés € 12 ou Rp172.000.
Du haut de Eiffel, toute la ville de différentes directions de la boussole sera très claire et belle. Les touristes ne peuvent pas être en mesure de s'attarder dans le haut de cela, car l'air est très froid. Par ailleurs Décembre, lorsque l'hiver est venu l'air au-dessus de la Tour Eiffel peuvent atteindre moins 10 degrés.
Vous pouvez imaginer combien cet air froid peut faire gelés toute personne qui jouissait de la hauteur de la ville de Paris, en dépit d'être vêtus de couches et couvert avec la surcouche complet avec gants et chapeaux.
Pour certains touristes qui ne sont pas forts contre le froid, ils mieux utiliser le temps de prendre des photos au bas de la tour avec le fond de la tour Eiffel jambes sont solides et artistique. En outre, les petits points de vente autour du pied de la Tour Eiffel est aussi l'un des points culminants de touristes qui veulent acheter des babioles telles icônes de Paris.
S'il n'est pas satisfait de leurs photos prises avec le fond que seulement la moitié de la tour Eiffel, les touristes peuvent aller directement à l'Ecole Militaire ou la Plaza de La Concorde. Vaste place est remplie de centaines de visiteurs chaque jour qui veulent prendre des photos avec le fond de la Tour Eiffel qui semble intacte et majestueux.
La nuit, la vue de la tour est de 120 ans sont plus belles, car il a été décoré par les bâtiments Eiffel lampulampu tout le corps. En fait, une fois tous les heures de lumière bleue clignotant apparaît scintillaient comme mille étoiles brillent dans cette icône de Paris.
Lampe de phare qui trône au sommet de la plus haute tour, faisant de la tour qui était le plus haut bâtiment du monde est plus beau et charmant. Quiconque a visité la ville des lumières (la Ville Lumière) ne va certainement pas oublier l'extraordinaire beauté de la ville.
Vu de différents côtés de nulle part, Paris a son propre record pour le monde entier pour les touristes ayant l'intention de revenir à la ville une ini.Kota. Solide mais très bien entretenu, également visible depuis les paysages de soignée et structurée
Bien que la densité du trafic se produit également dans cette grande ville, il ne fait pas de touristes saturé. Ce n'est sûrement raison de l'emplacement de nombreux commerces dans tous les coins de la ville parsemé de restaurants et de cafés qui offrent une variété d'aliments typiques avec des pâtes.


LANGUAGE: FRANCE

p1

Sumpah Pemuda

SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
Djakarta, 28 Oktober 1928

Teks Soempah Pemoeda dibacakan pada waktu Kongres Pemoeda yang diadakan di
Waltervreden (sekarang Jakarta) pada tanggal 27 - 28 Oktober 1928 1928.

p1

Sifat Sifat manusia Berdasarkan Bulan Kelahiran


Sifat Sifat manusia Berdasarkan Bulan Kelahiran


Bulan Januari
Wataknya:
-Tenang dan berwibawa
- Suka berterus terang dan tidak suka basa-basi
- Pandai menyimpan rahasia dan bisa dipercaya
- Disukai banyak orang karena selalu kelihatan ceria
- Mandiri dan tidak suka meminta bantuan pada orang lain
- Pandai mengatur keuangan
- Agak pendiam dan lebih senang memperhatikan dirinya sendiri
- Teliti dan tidak sembarangan melakukan pekerjaan.
Bulan Februari
Wataknya:
- Mempunyai hati yang tulus
- Perasaannya peka dan mudah tersinggung
- Senang dipuji dan selalu menuruti apa yang diinginkannya
- Suka humor dan hormat pada siapa saja
- Keras hati dan mempunyai pendirian tetap
- Agak pemalas dan suka mengingkari janji
Bulan Maret
Wataknya:
- Baik hati dan suka menolong sesama.
- Suka kehidupan yang serba wah.
- Seleranya tinggi.
- Tidak tegaan dan selalu memberi pada orang yang kesusahan.
- Agak pemalu, namun jujur dan tidak pernah bohong.
- Mudah terpengaruh dan tidak kuat menghadapi godaan.
- Suka melalaikan kesehatan dirinya sendiri.
Bulan April
Wataknya:
- Tidak mau mengalah dan selalu ingin menang sendiri
- Pembosan
- Senang dipuji
- Agak boros walau pandai mencari uang
- Mempunyai otak yang cerdas namun tidak suka diperintah
- Tak pernah memilih dalam berteman
Bulan Mei
Wataknya:
- Pandai menguasai perasaan
- Pandai mengambil hati orang lain
- Punya selera tinggi dan senang kehidupan yang serbah wah.
- Senang menunda pekerjaan.
- Agak boros walau rejekinya bagus.
- Tidak suka basa-basi dan tidak senang dipuji.
Bulan Juni
Wataknya:
- Romantis dan suka menolong
- Tidak mempunyai pendirian tetap
- Suka berpikir yang muluk-muluk
- Mudah tersinggung bila perasaanya tersentuh
- Agak pemalas dan baru mau bekerja bila di iming-iming hasil besar
- Selalu ceria walau hatinya sedang kesal.
Bulan Juli
Wataknya:
- Senang berkhayal
- Kalau sudah marah, kata-katanya tajam
- Tidak mempunyai pendirian tetap
- Senang dipuji
- Suka menolong pada sesama
- Pandai bicara dan berotak cerdas
- Agak pemalas
Bulan Agustus
Wataknya:
- Mempunyai perasaan yang peka/halus
- Cepat tersinggung
- Suka menghayal dan berpikiran yang muluk-muluk
- Tidak mudah terpengaruh
- Agak pemalas
- Kalau bekerja lebih menuruti kehendak hatinya sendiri.
Bulan September
Wataknya:
- Mudah tersinggung dan cepat naik darah
- Baik hati dan jujur
- Bisa menyimpan rahasia
- Suka berfoya-foya
- Pandai menyimpan uang namun tidak pelit
- Suka menolong sesama dan pandai mendidik anak
Bulan Oktober
Wataknya:
- Berjiwa besar dan mau mengalah
- Pandai bicara
- Cerdas dan baik hati
- Memiliki tekad yang kuat
- Tidak sabaran dan agak boros
- Pikirannya tidak tetap dan selalu berubah-ubah
Bulan November
Wataknya:
- Tabah dan kuat dalam menghadapi segala cobaan
- Pandai mengerjakan setiap pekerjaan
- Pandai mengambil hati orang lain
- Agak pemalas dan suka menunda pekerjaan
- Banyak berpikir
- Agak pendendam dan tidak mudah memberi maaf pada orang yang bersalah
- Keras hati
Bulan Desember
Wataknya:
- Mudah menaruh rasa percaya pada orang lain
- Kalau mengerjakan sesuatu suka tergesa-gesa
- Tidak sabaran
- Tidak mau mengalah dan selalu ingin menang sendiri
- Mudah terpengaruh
- Jujur dan baik hati
- Pemborosan dan suka memaksakan kehendak

p1

Tips Menghindari Makan Berlebihan

Nafsu makan berlebihan bisa mengarah menjadi gangguan kesehatan yang nyata terutama jika Anda tengah berupaya menjaga berat badan.

p1

Cara Melihat Sifat Melalui Pandangan

Mulai sekarang berpikirlah dua kali jika ingin membicarakan orang lain, karena setiap kata yang keluar dari mulut kita bisa memperlihatkan sifat dan kepribadian asli kita. Bahkan yang kita tidak disadari, atau menjadi petunjuk apakah kita orang yang baik atau jahat.

p1

Pengikut